KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di saat volatilitas pasar modal masih tinggi, aset investasi industri asuransi jiwa justru kian bertambah. Tercatat hingga Agustus lalu, aset investasinya tumbuh 8,59% year-on-year dengan nilai mencapai Rp 496,4 triliun.
Kalau menilik data OJK, aset reksadana masih mendominasi sekitar 33,62% dari keseluruhan portofolio investasi industri asuransi jiwa. Adapun, nilai investasi di aset tersebut mencapai Rp 166,9 triliun dan tumbuh 7,96% yoy
Selanjutnya, ada aset saham yang berkontribusi sekitar 28,26% terhadap keseluruhan portofolio dengan nilai mencapai Rp 140,3 triliun. Sebagai perbandingan, pada periode sebelumnya di tahun lalu nilai investasi di saham sebesar Rp 126,1 triliun atau tumbuh 11,26% yoy.
Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Budi Tampubolon pun menyampaikan bahwa selama ini industri asuransi jiwa dalam berinvestasi tidak terlalu memperhatikan sentimen-sentimen yang sifatnya jangka pendek. Oleh karenanya, meskipun saat ini pasar modal sedang volatile, perusahaan asuransi jiwa tidak serta merta melakukan penarikan aset investasinya.
Bahkan, Budi pun juga berpendapat bahwa selama ini industri asuransi jiwa masih kekurangan pilihan aset investasi untuk jangka panjang. Menurutnya, industri asuransi jiwa perlu menempatkan dana-dananya di instrumen jangka panjang.
“Jadi ketika kita melihat dalam 3 bulan ke depan hingga 1 tahun ke depan atau lebih panjang, misal pemerintah akan mengubah kebijakannya. Tidak serta merta membuat kami harus ambil posisi yang baru dalam berinvestasi, karena kami melihatnya jangka panjang,” ujar Budi.
Jika melihat kinerja pemain, BNI Life pun masih mencatatkan ada pertumbuhan aset investasinya. Anak usaha dari bank berlogo 46 ini mencatat aset investasi per September 2021 sebesar Rp 20,1 triliun atau tumbuh sebesar 14% yoy. “Sentimen yang saat ini mempengaruhi investasi adalah kondisi yang masih volatile yang dipengaruhi oleh perkembangan covid-19 dan tapering,” ujar Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan.
Oleh karenanya, Eben pun bilang bahwa pihaknya saat ini cukup selektif dalam memilih aset investasi dengan memilih aset dengan kualitas baik namun dapat memberikan return yang optimal. “Kami juga melakukan trading dengan memanfaatkan tiap momentum untuk mendapatkan keuntungan,” tambah Eben.
Adapun, untuk kriteria aset investasi yang dipilih ialah saham pada LQ45 atau Kompas 100, obligasi dengan rating minimal A- dan mengutamakan BUMN, serta deposito pada bank Buku 3 & 4. Instrumen pendapatan tetap masih akan jadi yang utama karena dinilai relatif stabil dalam kondisi yang masih volatile saat ini.
Source: Kontan